Pop Games VIVA - Di tengah gempuran berbagai game horor modern yang menawarkan grafis ciamik dan teknologi mutakhir, DreadOut tetap punya tempat tersendiri di hati para gamer. Dirilis pertama kali pada 2014 oleh developer asal Indonesia, Digital Happiness, game ini seolah tak lekang oleh waktu. Bahkan hingga 2025, DreadOut masih aktif dibicarakan dan dimainkan oleh para pecinta game horor.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat DreadOut tetap eksis dan terus digemari meski banyak game horor baru bermunculan?
1. Cerita Horor Lokal yang Relatable
Salah satu kekuatan utama DreadOut terletak pada nuansa lokalnya yang kental. Mulai dari latar tempat yang menyerupai sekolah tua khas Indonesia, hingga makhluk halus yang diadaptasi dari mitos dan urban legend Nusantara seperti Pocong, Kuntilanak, dan Suster Ngesot.
Cerita yang mengangkat kearifan lokal membuat game ini terasa dekat dan relevan, terutama bagi gamer Indonesia. Ketakutan yang ditawarkan terasa lebih personal karena kita tumbuh dengan kisah-kisah serupa.
2. Karakter Utama yang Ikonik: Linda
Siapa yang tak kenal Linda, sang karakter utama yang hanya bersenjatakan kamera smartphone untuk menghadapi makhluk gaib? Konsep ini sederhana, namun efektif, dan membedakan DreadOut dari game horor lain yang mengandalkan senjata atau kekuatan khusus.
Linda menjadi simbol keberanian di tengah keterbatasan, dan kehadirannya tetap ikonik hingga kini. Bahkan, ia sering muncul dalam berbagai fan art, meme, hingga cosplay di event pop culture.
3. Gameplay Sederhana, Tapi Menegangkan
DreadOut mengusung gameplay yang cukup sederhana, namun penuh ketegangan. Pemain harus menjelajahi lokasi angker, memecahkan teka-teki, dan berhadapan dengan hantu menggunakan kamera sebagai alat utama.
Mekanisme memotret hantu untuk melemahkannya terinspirasi dari seri game Fatal Frame, namun dengan sentuhan lokal yang unik. Ketegangan tak hanya datang dari jumpscare, tapi juga dari suasana yang mencekam dan efek suara yang memikat.
4. Konsisten Hadir di Berbagai Platform
Digital Happiness cukup sigap dalam menjaga eksistensi DreadOut. Selain versi PC, DreadOut juga hadir di konsol seperti PlayStation dan bahkan mendapatkan adaptasi film layar lebar.
Kini, dengan dukungan komunitas yang kuat, game ini juga ramai dimainkan oleh para streamer dan konten kreator di YouTube maupun Twitch, yang terus memperkenalkannya ke generasi baru gamer.
5. Komunitas dan Fanbase yang Solid
Tidak bisa dipungkiri, salah satu alasan DreadOut tetap hidup adalah berkat komunitasnya. Banyak fanbase yang setia membagikan teori cerita, gameplay speedrun, hingga mod yang memperkaya pengalaman bermain.
Komunitas ini juga kerap memberikan feedback yang mendorong pengembangan game ke arah yang lebih baik. Bahkan, kehadiran DreadOut 2 dan kabar soal proyek-proyek spin-off tak lepas dari dukungan para penggemarnya.
6. Citra Game Horor Indonesia yang Mendunia
DreadOut telah membuka jalan bagi game horor buatan Indonesia untuk dikenal secara global. Keberhasilannya membuktikan bahwa developer lokal mampu menciptakan game berkualitas dengan identitas kuat. Hal ini menjadikan DreadOut bukan sekadar game, tapi juga ikon industri game Tanah Air.
Meski banyak game horor baru bermunculan dengan teknologi canggih dan visual menawan, DreadOut tetap punya magnetnya sendiri. Kombinasi cerita lokal yang relatable, karakter ikonik, gameplay menegangkan, dan komunitas aktif membuatnya bertahan lebih dari satu dekade.
DreadOut bukan cuma game horor ia adalah warisan budaya digital yang berhasil mengangkat wajah Indonesia ke kancah internasional.
Artikel ini hasil dari generate AI dan telah dimoderasi oleh tim internal VIVA.co.id