Pop Games VIVA - Selama ini saya sangat mengagumi Nintendo Switch karena konsep hybrid-nya yang benar-benar inovatif. Konsol tersebut membawa dunia game portable ke level baru, memberikan pengalaman bermain yang tidak hanya nyaman tetapi juga serbaguna. Nah, saat Nintendo Switch 2 muncul, saya langsung penasaran apakah mereka bisa mempertahankan standar tinggi yang sudah dibuat sebelumnya.

Nintendo Switch 2 datang dengan beberapa peningkatan signifikan seperti layar yang lebih besar, visual yang dioptimalkan, suara yang lebih jernih, serta Joy-Con yang diklaim lebih responsif. Semua itu menjanjikan pengalaman bermain yang luar biasa. Bagian hati saya sih langsung jatuh cinta sama fitur-fitur baru ini. Saya sangat antusias untuk mencoba game-game besar Nintendo seperti Mario, Zelda, atau bahkan Metroid Prime 4 yang kabarnya bakal mendukung mouse!

Saat mulai main, ada beberapa hal yang bikin saya merasa kurang nyaman. Misalnya soal Joy-Con. Desainnya emang terlihat premium, tapi karena nggak ada sentuhan ergonomis, memegang konsol dalam mode handheld lama-lama bikin tangan pegal. Apalagi buat saya yang kadang-kadang beralih ke Steam Deck, rasanya jelas beda banget. Di sana, pegangan lebih pas dengan bentuk yang memanjakan tangan kita.

Kalau kamu punya tangan kecil kayak saya, mungkin kamu juga akan merasa sulit menggunakan tombol-tombol di bagian atas konsol. Nggak cuma sekadar kurang cocok, tetapi juga bikin sedikit kesulitan untuk menjaga keseimbangan konsol ketika harus gonta-ganti kontrol.

Lalu, soal layarnya. Meski ukurannya jadi lebih besar, panel yang dipakai tampaknya masih jenis LCD lama. Dalam beberapa game cepat seperti Cyberpunk 2077, gambar agak blur kalau aksi di layar semakin seru. Ini memang nggak jadi masalah besar kalau nggak dimainkan di kondisi penuh gerakan, tapi sayang banget kan kalau kualitas grafis yang dijanjikan jadi hilang karena masalah teknis gitu?

Bukan berarti nggak puas ya, tapi saya yakin banyak dari kalian juga berharap Nintendo bisa mengeksplor opsi lebih lanjut seperti pakai layar OLED, meskipun harganya pasti naik. Tentunya, sebagai orang awam dalam dunia teknologi seperti saya, mungkin ini efek dari upscaling software daripada masalah fisik pada layar. Tapi apa pun alasannya, rasanya kurang puas jika nggak bisa sepenuhnya dinikmati secara visual.

Dengan semua itu, Nintendo Switch 2 tetap jadi salah satu konsol hybrid terbaik di pasaran saat ini. Bagi gamer seperti saya yang selalu ingin merasakan berbagai game berkualitas tinggi di mana saja, konsol ini tetap patut dipertimbangkan. Tapi, semoga saja di versi selanjutnya, Nintendo lebih memperhatikan aspek kepraktisan dan kenyamanan bagi para penggunanya.