Pop Games VIVA - Tengah bermain Onimusha 2: Samurai’s Destiny, saya menemui sebuah boss fight yang benar-benar membuat saya ragu bisa melewatinya.
Bukan karena tingkat kesulitan yang sengaja dirancang untuk menguji pemain, tetapi karena desain gim yang terasa sangat kuno, seperti permainan yang dibuat pada tahun 2002-an.
Camera angle yang tiba-tiba berubah saat pertarungan berlangsung, objek lingkungan yang tidak dapat ditembus tapi cukup rendah untuk memungkinkan proyektil musuh melewatinya, serta serangan jarak jauh yang bisa membuat pemain tak punya kesempatan untuk balas memukul, semua itu menggabungkan frustrasi menjadi satu.
Rasanya seperti selama lima hingga enam jam bermain sebelumnya, semua elemen 'aneh' itu berkumpul dan dilemparkan langsung ke arah kepala saya.
Saya sendiri belum pernah memainkan versi asli Onimusha 2 sebelumnya, sehingga sulit bagiku menilai apakah desain ini dianggap bagus pada masanya.
Namun, di tahun 2025, saya dengan pasti bisa mengatakan bahwa ini bukanlah cara yang baik untuk membuat gameplay modern. Ini sangat mengecewakan, karena sebelum mencapai tahap tersebut, saya sebenarnya cukup menikmati remaster ini.
Ada daya tarik dalam acting suara yang agak lucu serta sistem pertarungan yang kaku, semua hal itu adalah artefak dari masa lalu yang malah membangkitkan kenangan manis.
Garis Besar Cerita
Pada dasarnya, setup cerita Onimusha 2 ini sama tua dengan gambarnya: Kamu mengendalikan Jubei, satu-satunya penyintas dari sebuah desa yang dimusnahkan oleh raja iblis.
Dia bertujuan membalas dendam bersama sekumpulan pejuang lain. Meskipun begitu, ceritanya tidak rumit; aku nggak butuh banyak alasan untuk mulai mengayunkan pedang, dan setting ini cukup efektif meski biasa saja.
Tapi, ada beberapa elemen kuno dalam naskah yang cukup bikin gigit jari, terutama yang melibatkan karakter wanita utama.
Oyu pertama kali muncul dalam adegan pembuka, dia telanjang di bawah air terjun. Kemudian, dia mengalami pelecehan seksual oleh penduduk desa.
Dalam perjalanan selanjutnya, Jubei menghabiskan banyak waktu menyelamatkannya dari bahaya. Walau Oyu digambarkan sebagai seorang pejuang tangguh, dia terus-menerus butuh diselamatkan. Karakterisasi yang inkonsisten ini membuatku merasa kurang nyaman.
Apa Yang Saya Sukai?
Jika melihat dari sisi positifnya, Onimusha 2 masih memiliki banyak hal yang menarik. Misalnya, variasi senjata yang bisa kamu kumpulkan sepanjang cerita. Setiap senjata membawa set serangan yang berbeda, lengkap dengan pukulan spesial.
Salah satu favoritku adalah Hyoujin-Yari, tombak yang bisa membekukan musuh, sehingga memudahkanmu menghancurkan mereka hanya dengan serangan standar.
Desain grafisnya terlihat bagus berkat penggarapan visual dalam resolusi HD, meskipun kadang terkesan sedikit steril. Lingkungan permainan menunjukkan banyak kreativitas, dan aku selalu bersemangat menjelajahi istana atau hutan berhantu baru yang misterius. Karakter-karakter pendukung juga memberikan banyak warna kepada cerita.
Selama campaign, Jubei bisa memberi hadiah kepada sekutunya, yang berpengaruh pada siapa yang akan bergabung dengan misinya. Kamu bahkan bisa mengendalikan karakter lain jika sudah bosan dengan Jubei.
Salah satu teman yang sangat membantu adalah Magoichi, yang membawa senjata jarak jauh. Tip penting untukmu: pertarungan jarak jauh sangat bisa membantumu menghadapi tantangan sulit.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, combat dalam Onimusha 2 lebih santai kalau layout setiap area bukanlah ‘gang sempit atau jalur kecil.’ Ketika satu monster saja muncul, lorong itu langsung padat. Permainan ini memiliki lebih banyak pertarungan koridor daripada seri Daredevil penuh! Saat menjelang akhir, aku sangat merindukan arena luas seperti gim-gim modern.
Capcom mungkin mengharapkan para gamer baru tertarik melalui rilisan ulang ini, namun rasanya cukup sulit bagi orang yang tidak memiliki nostalgia.
Meski demikian, ingatan manis terkadang cukup kuat untuk mengabaikan beberapa kekurangan teknis. Bagiku, meski telah memberikan banyak toleransi, pengalaman ini menunjukkan bahwa masa lalu lebih baik kita biarkan tetap di tempatnya.
Artikel ini hasil dari generate AI dan telah dimoderasi oleh tim internal VIVA.co.id