Pop Games VIVA - Saat mulai memainkan Doom: The Dark Ages, saya mengira ini adalah titik masuk yang sempurna untuk merasakan dunia Doom sejak awal karena seri rebootnya dimulai pada tahun 2016.
Meski saya termasuk penggemar berat first-person shooter (FPS) dengan tempo tinggi, anehnya Doom dan sekuelnya Doom Eternal tidak pernah masuk daftar prioritas saya (meskipun saya selalu membela film horor Doom dari tahun 2005 yang justru lucu karena jeleknya).
Memasuki era baru dengan cerita asal-usul sang karakter utama Slayer, yang tampak seperti prekuel bagi seri modern Doom, saya siap menyelami semua misteri dan latar belakang ceritanya.
Namun setelah menyelesaikan kampanye sekitar 10 jam dengan 22 bab yang intens, satu hal yang bisa saya katakan dengan tegas: cerita dalam game ini benar-benar tidak penting sama sekali.
Apa yang membuat game ini tetap seru? Jawabannya sederhana: kita punya banyak iblis yang harus dilenyapkan! Kamu akan berperan sebagai Slayer, sosok tentara superhuman yang begitu hebat dalam membantai makhluk-makhluk neraka hingga rasanya mustahil ada manusia biasa yang bisa mendekatinya dalam keterampilan bertarung.
Pertanyaan tentang 'kenapa' atau 'mengapa' ia memiliki kemampuan spesial itu? Eh, nanti saja. Fokus utamanya adalah membunuh!
Pernah dengar kelompok misterius bernama Maykrs? Mereka adalah entitas alien yang menjaga Slayer di kapal ruang angkasa di atas medan pertempuran antara manusia dan iblis.
Ibarat Winter Soldier dari Marvel, Slayer disimpan seperti tawanan sampai dibutuhkan untuk misi-misi membunuh para penghuni neraka. Dalam bagian awal permainan, dia bahkan dipinjamkan kepada teknologi abad pertengahan manusia untuk melawan gelombang demi gelombang demon dari neraka, atau apakah mereka alien?
Bagaimana setting lokasinya? Nah, itu justru yang bikin bingung. Entah apakah kita masih di Bumi atau sudah terbang ke planet lain. Tapi nggak masalah sih, kamu akan lebih sibuk menggunakan perisai chainsaw untuk memblokir serangan musuh atau mengendarai mech raksasa daripada mikirin logika cerita.
Salah satu momen favorit saya adalah ketika Slayer membantai ratusan demon hanya dengan loncat dari tempat tinggi. Itu sungguh keren banget!
Bermain sebagai pemimpin suatu kerajaan manusia dalam misi mempertahankan objek penting dari tangan Big Bad Demon mungkin memberi sedikit arahan cerita, namun semuanya menjadi kabur saat kamu tenggelam dalam gempuran senjata, ledakan, dan darah iblis.
Bahkan Slayer melakukan perjalanan ke neraka sendiri atau mungkin sebuah planet alien? Siapa tahu, kan? Yang jelas, sensasi adrenalin tidak akan berkurang.
Jika kamu mencari kesederhanaan cerita yang kuat dan mudah dicerna, maka Doom: The Dark Ages bukanlah jawabannya. Namun, gameplay-nya pantas mendapatkan apresiasi.
Parrying (blokir serangan) ditambah sentuhan melee menjadi fitur yang menambah variasi dalam pertempuran melawan musuh-musuhmu.
Di akhir permainan, setelah semua senjata kamu upgrade, kamu akan merasa seperti mesin pembunuh tanpa ampun, berganti-ganti senjata sesuai situasi, baik itu dari cranioclast hingga accelerator. Saat kamu akhirnya mendapatkan big fucking crossbow (BFC), bisa dipastikan para demon bakal gentar melihatmu datang.
Meskipun plot ceritanya mungkin agak kacau, di akhir permainan kamu setidaknya akan mengerti betapa menakutkannya Slayer bagi para demon setelah membantai jumlah iblis yang tak terhitung, termasuk bos besar mereka. Kini Slayer telah merebut kapal Maykr sebagai basis operasi untuk melanjutkan kampanye anti-demon.
Dia adalah musuh abadi mereka, layaknya John Wick setelah anjing kesayangannya mati, tak kenal ampun dalam misi membasmi keberadaan demon dari alam semesta. Kenapa dia butuh melakukannya? Hmm. cukup nikmati saja sensasi pedang rantai itu!
Artikel ini hasil dari generate AI dan telah dimoderasi oleh tim internal VIVA.co.id