Pop Games VIVA - Upin & Ipin Universe awalnya dipuji sebagai game lokal yang mampu membawa nuansa budaya Asia Tenggara ke dalam dunia game modern. Sayangnya, euforia tersebut tak bertahan lama. Sejak dirilis pada Juli 2025, game ini langsung menuai kritik pedas karena dianggap terlalu mahal untuk kualitas dan konten yang disajikan. Banyak pemain yang kecewa setelah membeli game ini di berbagai platform seperti Steam, PlayStation, dan Nintendo Switch.
Berikut adalah 5 poin utama mengapa harga game Upin & Ipin Universe menjadi kontroversial:
1. Harga Terlalu Mahal untuk Konten yang Diberikan
Salah satu alasan utama keluhan datang dari banderol harga yang mencapai Rp579.000 – Rp650.000, tergantung platform. Bagi sebagian besar gamer, angka ini setara dengan harga game AAA seperti Elden Ring, Spider-Man, atau Final Fantasy, yang jelas memiliki skala dan kualitas teknis jauh lebih tinggi.
Sementara Upin & Ipin Universe sendiri merupakan game dengan gaya visual kartun sederhana, mekanik gameplay yang minim inovasi, dan durasi bermain yang terbatas. Untuk game yang menyasar pasar keluarga dan anak-anak, harga tersebut dianggap tidak ramah dompet, terlebih jika melihat daya beli mayoritas orang tua di Asia Tenggara.
2. Banyak Bug dan Masalah Teknis Saat Rilis
Harga tinggi biasanya sebanding dengan kualitas pengalaman bermain, tapi tidak dalam kasus ini. Banyak pemain melaporkan bug yang cukup mengganggu, seperti:
-
Karakter yang tersangkut di objek tertentu
-
Fitur audio yang tiba-tiba hilang
-
Layar loading yang tak kunjung selesai
-
Game crash secara acak
Bug-bug ini terjadi di berbagai platform, baik di PC maupun konsol. Kondisi ini semakin membuat harga game terasa tidak layak, karena pemain merasa seperti membeli produk “setengah jadi” yang belum siap dipasarkan.
3. Review Negatif Mendominasi Ulasan Pemain
Di halaman Steam, per tanggal peluncuran, rating game ini hanya sekitar 51 persen positif. Artinya, hampir separuh pemain memberi ulasan negatif. Beberapa komentar menyebut game ini sebagai:
"Hanya menjual nostalgia, bukan kualitas."
"Anak saya senang, tapi saya menyesal beli."
"Bug di mana-mana, harga luar biasa."
Review tersebut menunjukkan bahwa antusiasme awal banyak pemain berubah menjadi kekecewaan begitu mereka menjajal game ini secara langsung. Ulasan yang mengecewakan ini juga berdampak pada reputasi game di mata calon pembeli baru.
4. Protes Online: Refund, Diskon, hingga Ancaman Pembajakan
Di media sosial seperti X (dulu Twitter), Reddit, hingga forum komunitas, banyak gamer menyuarakan ketidakpuasan mereka. Beberapa bahkan langsung meminta refund di platform seperti Steam, sementara lainnya menyarankan teman-temannya untuk menunggu diskon besar sebelum membeli.
Lebih ekstrem lagi, muncul pernyataan dari sebagian gamer yang menyebut bahwa mereka lebih memilih mendownload versi bajakan karena merasa harga game ini tidak pantas. Ini tentu menjadi sinyal bahaya bagi pengembang dan penerbit, karena bisa berdampak pada penjualan jangka panjang.
5. Harapan Pemain: Patch Cepat dan Penyesuaian Harga
Meski banyak kritik, sebagian pemain masih memberikan harapan dan masukan konstruktif. Mereka menyarankan agar pengembang segera:
-
Merilis patch untuk memperbaiki bug besar
-
Mengoptimalkan performa di PC dengan spesifikasi rendah
-
Menambahkan konten baru atau perluasan mini-game
-
Memberikan diskon besar di event mendatang atau menyesuaikan harga reguler
Jika langkah-langkah ini dilakukan, maka kemungkinan besar Upin & Ipin Universe bisa bangkit kembali dan mendapatkan kepercayaan dari komunitas gamer.
Upin & Ipin Universe sebenarnya punya potensi besar sebagai game edukatif berbasis budaya lokal. Namun, masalah harga dan teknis membuat peluncurannya terasa kurang matang. Di tengah gempuran game berkualitas tinggi dengan harga serupa, konsumen kini jauh lebih kritis dalam menilai apakah sebuah game layak dibeli atau tidak.
Artikel ini hasil dari generate AI dan telah dimoderasi oleh tim internal VIVA.co.id